A. PENDAHULUAN
Penyakit jantung
bawaan adalah kelainan struktur atau fungsi sirkulasi jantung yang dibawa dari
lahir akibat gangguan atau kegagalan perkembangan struktur jantung pada fase
awal perkembangan janin (www.inaheart.org,2011).
Embriologi
jantung merupakan serangkaian proses yang kompleks, dasar teori embriologi pada
TOF merupakan hubungan antara keparahan stenosis pulmonal dan derajat
overriding aorta. Proses ini meliputi Tubing merupakan tahapan ketika bakal
jantung masih merupakan tabung sederhana, terbentuk pada minggu ke-3. Looping
merupakan peristiwa yang komplek berupa perputaran bagian-bagian jantung dan
arteri besar (aorta dan arteri pulmonalis), terbentuk pada minggu ke-4
kehamilan. Pada TOF terjadi fase looping yang tidak maksimal sehingga terjadi
pergeseran aorta (overriding aorta) yaitu terletak lebih kanan di atas defek
septum interventrikuler. Dan kurang berkembangnya infundibulum pulmonal
sehingga mengakibatkan pulmonal stenosis. Septasi yaitu proses pemisahan
bagian-bagian jantung serta arteri besar dengan pembentukan berbagai ruang
jantung, terbentuk pada minggu ke-4 kehamilan. Migrasi merupakan pergeseran
bagian-bagian jantung sebelum mencapai bentuk akhirnya, terbentuk pada minggu
ke-7 – 8 kehamilan. (Fyler DC. Tetralogi Fallot. In: Fyler DC, editor.
Kardiologi Anak Nadas. Yogyakarta: Gadjah Mada University, 2003).
Terdapat 2 Klasifikasi Penyakit Jantung
Bawaan yaitu Penyakit jantung Bawaan Asianotik
dengan aliran ke paru meningkat terdiri dari Paten Duktus Arteriosus (PDA),
Atrial Septal Defek (ASD), Ventrikel
Septal Defek (VSD), Atrioventrikular Septal Defek (AVSD). Dan aliran ke paru
normal terdiri dari Coarctatio Aorta (CoAo), Aorta Stenosis (AS), Pulmonal
Stenosis (PS). Penyakit Jantung Bawaan Sianotik Aliran ke paru meningkat
terdiri dari Transposition of The Great Arteries (TGA), Truncus Arteriosus.
Dan aliran ke paru berkurang terdiri dari Tetralogi of Fallot (TOF), Trikuspid
Atresia.
B. PENGERTIAN
Tetralogy of fallot terdiri dari
dua kata, yaitu tetralogy a fallot. Tetralogy artinya sindrom yang terdiri dari
4 unsur ( tetra = empat ), sedangkan Fallot adalah nama seorang dokter dari
Perancis, yaitu “ Etienne L.A.Fallot “ (1850-1910).
Tetralogy of Fallot ( TOF ) adalah
kelainan jantung kongenital dengan gangguan sianosis yang ditandai dengan
kombinasi empat hal yang abnormal meliputi Defek Septum Ventrikel, Stenosis
Pulmonal, Overriding Aorta dan Hipertrofi Ventrikel Kanan. ( Buku Ajar
Kardiologi Anak, 2002 )
TOF pertama kali dideskripsikan
oleh Niels stensen pada tahun 1672. tetapi, tahun 1888 seorang dokter dari
perancis Etienne Fallot menerangkan secara mendetil akan keempat kelainaan
anatomi yang timbul pada tetralogy of fallot.
Adapun keempat anatomi jantung yang
dialami penderita Tetralogy of Follot adalah sebagai berikut:
1. Stenosis
pulmonal yaitu penyempitan dari katup pulmonal dan outflow tract pada bagian
bawah katup yang menyebabkan obstruksi darah untuk mengalirkan dari ventrikel
kanan ke arteri pulmonalis.
2. Ventricular
septal defect yaitu lubang pada septum antara ventrikel kiri dan kanan.
3. Overriding
aorta yaitu pergeseran aorta sehingga terletak lebih kanan dan di atas
defek septum interventrikular.
4. Hipertropi
ventrikel kanan yaitu penebalan dinding otot ventrikel kanan akibat ventrikel
kanan memompa dengan tekanan tinggi.
Keparahan dari sianotik tergantung
pada penyempitan katup pulmonal dan juga outflow tract dari ventrikel kanan.
Semakin sempit outflow tract maka darah yang mengalami oksigenisasi semakin
sedikit, serta darah diventrikel kanan akan dipompa melalui katup aorta akibat
defek septum interventrikular.
Akibat dari keempat defek tersebut
adalah :
1. Darah
yang mengalir ke paru – paru berkurang.
2. Terjadinya
percampuran darah yang kaya dan miskin oksigen dalam jantung.
3. Sianotik
yang di sebabkan berkurangnya kadar oksigen dalam jantung.
C. ETIOLOGI
Pada sebagian kasus penyebab
jantung tidak diketahui secara pasti, akan tetapi diduga karena adanya faktor
endogen dan eksogen.Faktor – faktor tersebut anatara lain :
1. Faktor
endogen :
·
Berbagai jenis penyakit genetik :
kelainan kromosom.
·
Anak yang lahir sebelumnya menderita
penyakit jantung bawaan.
·
Adanya penyakit tertentu dalam keluarga
seperti DM, hipertensi, penyakit jantung atau kelainan bawaan.
2. Faktor
eksogen
·
Riwayat kehamilan ibu : sebelumnya ikut
progam KB oral atau suntik, minum obat – obatan tanpa resep dokter (
thalidomide,detroamphetalamine, aminopterin, amethopterin, jamu )
·
Selama hamil ibu menderita rubella (
campak jerman ) atau infeksi virus lainya.
·
Pajanan terhadap sinar – X
·
Gizi yang buruk selama hamil
·
Ibu yang alkoholik
·
Usia ibu di atas 40 tahun
(sumber
: Ilmu Kesehatan Anak, 2001 )
Para ahli bependapat bahwa penyebab
endogen dan eksogen tersebut jarang terpisah menyebabkan penyakit jantung bawaan.
Diperkirakan lebih dari 90 % kasus penyebab adalah multi faktor.Apapun
sebabnya, pajanan tehadap faktor penyebab harus ada sebelum akhir bulan kedua
kehamilan, oleh karena pada minggu ke delapan kehamilan pembentukan jantung
janin sudah selesai.
D. PATOFISIOLOGI
Kesalahan dalam pembagian trunkus dapat
berakibat letak aorta yang abnormal (overriding), timbulnya penyempitan pada
arteri pulmonalis, serta terdapatnya defek septum ventrikel dengan demikian,
bayi akan lahir dengan kelainan jantung dengan ke 4 kelainan. Derajat hipertropi
ventrikel kanan yang timbul tergantung
pada derajat stenosis pulmonal. Pada 50 % kasus stenosis pulmonal hanya
infundibuler, pada 10 – 25 % kasus kombinasi infundibuler dan valvular, dan 10
% kasus hanya stenosis valvular. Selebihnya adalah stenosis pulmonal perifer.
Hubungan letak aorta dan arteri
pulmonal masih ditempat yang normal. Overriding aorta terjadi karena pangkal
aorta berpindah kearah anterior mengarah septum, klasifikasi overriding menurut
Kjellberg :
1. Tidak
terdapat overriding aorta bila sumbu aorta desenden mengarah kebelakang
ventrikel kiri.
2. Pada
overriding 25 % sumbu aorta asenden kearah ventrikel sehingga lebih kurang 25 %
orifisium aorta menghadap ventrikel kanan.
3. Pada
overriding 50 % sumbu aorta mengarah ke septum sehingga 50 % orifisium aorta
menghadap ke depan ventrikel kanan.
4. Pada
overriding 75 % sumbu aorta asenden mengarah ke depan ventrikel kanan, derajat
overriding ini bersama dengan defek septum ventrikel dan derajat stenosis
menentukan basarnya pirau kanan ke kiri. ( Ilmu Kesehatan Anak, 2001 ).
Ada 4 jenis dari Stenosis Pulmonal
:
1.
Stenosis Katup Pulmonal (Valvular)
Katup menebal dan / atau menyempit
2.
Supravalvar Stenosis Pulmonal
Tepat diatas katup pulmonal menyempit
3.
Subvalvar (Infundibular) Stenosis Pulmonal
Otot bawah area katup menebal, penyempitan
saluran keluar dari ventrikel kanan
4.
Stenosis Pulmonal cabang perifer
Arteri paru-paru kanan / kiri menyempit.
Karena pada TOF terdapat empat
macam kelainan jantung yang bersamaan, maka :
1. Arteri
pulmonal mengalami stenosis, bila obstruksi lebih berat darah yang mengalir
dari ventrikel kanan ke paru-paru berkurang sehingga volume darah yang
teroksigenasi tidak optimal ( oksigen dalam darah berkurang ).
2. Oleh
karena tekanan ventrikel kanan lebih besar dari ventrikel kiri maka aliran
darah dari kanan ke kiri ( right to left shunt ) sehingga darah yang kaya O2
dengan darah yang kaya CO2 bercampur.
3. Karena
terdapat pulmonal stenosis sehingga darah dari ventrikel kanan aliran darahnya
right to left shunt dan posisi aorta bergeser 50 % tepat di atas septum
inteventrikuler (overriding aorta), maka aliran darah dari ventrikel kanan dan
kiri masuk ke aorta dan terjadi percampuran darah yang sudah teroksigenisasi
dan belum teroksigenisasi.
4. Karena
jantung bagian kanan harus memompakan sejumlah besar darah ke dalam aorta yang
bertekann tinggi serta melawan tekanan tinggi akibat stenosis pulmonal maka
lama kelamaan otot – ototnya akan mengalami pembesaran ( hipertrofi ventrikel
kanan ).
Pengembalian darah dari vena
sistemik ke atrium kanan dan ventrikel kanan berlangsung normal. Ketika
ventrikel kanan menguncup dan menghadapi stenosis pulmonal, maka darah akan
dipintaskan melewati defek septum ventrikel tersebut ke dalam aorta. Akibatnya
darah yang dialirkan keseluruh tubuh tidak teroksigenisasi, hal inilah yang
menyebabkan terjadinya sianosis. (Ilmu Kesehatan Anak, 2001)
A. TANDA
– TANDA DAN GEJALA TETRALOGY OF FALLOT
Tanda – tanda dan gejala Tetralogi
of Fallot tergantung pada ukuran defek yang dialami bayi yang lahir.
Tanda – tanda dan gejala:
1. Sianosis
suatu keadaan
dimana pada sirkulasi bayi kekurangan darah yang telah dioksigenisasi sehingga
kulit,kuku serta bibir menjadi pucat. Kulit terasa
dingin dan warna kulit pucat.
2. Sesak
nafas jika melakukan aktivitas dan kadang disertai kejang atau pingsan. Setelah
melakukan aktivitas anak sering jongkok ( squatting ), untuk mengurangi
hipoksia dengan posisi lutut ke dada (knee chest).
3. BB
bayi tidak bertambah, susah untuk diberi makan bayi cepat lelah ketika di beri
makan, sehingga Pertumbuhan dan perkembangan anak lambat.
4. Clubbing
finger”s yaitu mekanisme masih belum jelas diperkirakan ada hipoksia kronis
yang memicu penambahan jaringan ikat pada bagian lunak didasar kuku, sehingga
pangkal kuku tidak dapat bertemu dan membentuk sudut 165 derajat.
6. Murmur
dan terdengar pada batas kiri sternum tengah sampai bawah. Murmur pada TOF
adalah murmur sistolik akibat adanya Pulmonal Stenosis, jika pasien mengalami
spell sehingga terjadi spasme infundibulum maka murmur nya bisa tidak
terdengar.
A. TETRALOGY
SPELLS
Beberapa bayi yang menderita tetralogy of
follot mengalami apa yang disebut dengan tetralogy “ SPELLS “. Hal tersebut
dapat terjadi saat adanya penurunaan kadar oksigen yang mendadak pada
sirkulasi. Penurunaan tersebut menyebabkan bayi menjadi sangat biru. Bayi juga
dapat :
- Menjadi
sangat lemas dan pucat
2. Menjadi
sangat gelisah, menangis berkepanjangan, hiperventilasi
3. Kadang
pasien menjadi kejang bahkan pingsan
4. Auskultasi
terdengar bising jantung yang melemah / menghilang
Penyebab tetralogy Spell ini belum
diketahui, tetapi menurut penelitian hal tersebut dapat timbul apabila bayi :
1. Sedang
dalam keaadaan yang tidak senang
2. Memiliki
kadar eritrosit yang rendah
3. Tidak
mendapat cairan yang cukup
4. Spasme
infundibulum berat
5. Menangis
lama
6. Peningkatan
suhu tubuh / mengedan
Bayi yang mengalami tertalogy
spells ini perlu diadakan tindakan operasi segera demi keselamatan dari jiwa bayi
ini. Tetapi apabila tinggal jauh dari pusat pelayanan kesehatan , maka dalam
perjalanan dapat dilakukan tindakan membuat bayi terasa nyaman untuk memulihkan
serangan spell dengan cara knee chest position yaitu memberikan posisi lutut ke
dada dengan tujuan menambah aliran darah ke paru-paru.
A. PEMERIKSAAN
PENUNJANG
1.
Pemeriksaan Laboratorium
Kenaikan jumlah
hemoglobin dan hematokrit yang sesuai dengan derajat desaturasi dan stenosis.
Pasein TOF dengan kadar hemoglobin dan hematrokit normal atau rendah mungkin
menderita defisiensi besi. Pada umumnya Hb dipertahankan 16 – 18 gr / dl dan
hematrokit antara 50 – 60% .Nilai AGD
menunjukan peningkatan tekanan partial karbondioksida ( PCO2),penurunan tekanan
parsial oksigen ( PO2 ) dan penurunaan PH.
2.
Radiologi
Arkus aorta
terletak di sebelah kanan pada 25 % kasus. Apeks jantung kecil dan terangkat
dan kanul pulmonalis cekung , vaskularisasi paru menurun. Gambar ini mirip
dengan sepatu boot.
3. Elektrokardiografi
Deviasi sumbu
QRS ke kanan , hipertrofi ventrikel kanan, Pada anakyang sudah besar di jumpai
P pulmonal
4.
Ekokardiogram
a. Ekokardiogram
2 dimensi :
·
Tentukan tipe VSD ( perimembranous atau
subatrial doubly committed )
·
Overriding aorta
·
Devisiasi septum infundibular ke
anterior
b. Ekokardiogram
berwarna dan Doppler :
·
Aliran dari ventrikel kanan ke aorta
melaalui VSD
·
Hitung
perbedaan tekanan ventrikel kanan dan arteri pulmonalis (beratnya PS)
5.
Cateterisasi
Pemeriksaan sadap jantung dilakukan
terutama untuk :
·
Menilai konfluensi dan ukuran arteri
pulmonalis serta cabang – cabangnya.
·
Mencari anomali arteri coroner.
·
Melihat ada tidaknya VSD tambahan.
·
Melihat ada tidaknya kolateral dari
aorta langsung ke paru (anak besar atau dewasa).
Angiografi ventrikel kanan dan
arteri pulmonalis :
·
Menilai konfluensi dan diameter kedua
arteri pulmonalis.
·
Ada tidaknya stenosis pada percabangan
arteri pulmonalis atau perifer
Angiografi aorta.
·
dilakukan bila diperlukan untuk melihat
kelainan
arteri koronaria atau bila diduga adanya kolateral.
H. PENATALAKSANAAN
1. Medikamentosa
Pada penderita yang mengalami tetralogi
spell, terapi ditujukan untuk memutus patofisiologi serangan tersebut karena
dapat mengakibatkan komplikasi serius pada sistem saraf pusat. Tetralogi
spell ditandai dengan adanya paroksismal hiperpnea (nafas cepat dan dalam),
menangis lama, gelisah, sianosis meningkat dan pengurangan intensitas murmur jantung. Penatalaksanaan untuk kondisi
ini antara lain dengan cara :
a. Berikan Posisi lutut ke dada (knee chest
position), hal ini di maksudkan agar aliran balik (venous return) dari tubuh
bagian bawah menjadi berkurang, dan akan menyebabkan kenaikan saturasi oksigen
arteri. Diharapkan juga pada posisi tersebut sistemik vascular resisten
meningkat sedangkan resistensi vascular paru tetap, sehingga aliran darah
keparu bertambah, yang akan menambah saturasi oksigen
Morphine
sulfat 0,1-0,2 mg/kgBB SC, IM, atau IV atau dapat pula diberi diazepam
(stesolid) per rectal fungsinya untuk menenangkan, agar kebutuhan oksigen yang
dibutuhkan berkurang dan dapat mengendorkan otot infundibulum.
c. Oksigen dapat diberikan, dengan usaha diatas dapat diharapkan anak
tidak lagi takipneu, sianosis
berkurang dan anak menjadi tenang.
d. Pemberian propanolol 0,01-0,25 mg/kg
IV perlahan lahan untuk menghambat impuls
simpatis pada reseptor beta di jantung dan pembuluh darah perifer sehingga
mengurangi tahanan vascular perifer, dengan memperbaiki kontraksi dan
mengurangi spasme infundibulum. Dosis total dapat dilarutkan dengan 10 ml
cairan dalam spuit, dosis awal/bolus diberikan separuhnya, bila serangan belum
teratasi sisanya diberikan perlahan dalam 5-10 menit berikutnya.
e. Penambahan volume cairan tubuh dengan
infus cairan dapat efektif dalam penanganan
serangan sianotik. Penambahan volume darah juga dapat meningkatkan curah
jantung, sehingga aliran darah keparu bertambah dan aliran darah sistematik
oksigen ke seluruh tubuh juga meningkat.
(Standar Pelayanan Medik RS.PJNHK, 2003)
1. Penanganan
Surgical / Pembedahan
Penyakit TOF harus dikoreksi dengan
tindakan pembedahan, baik pada neonatus ataupun anak. Tujuan dari pembedahan
adalah memperbaiki pulmonal stenosis dengan cara di reseksi dan menutup lubang
ventrikel septal defek. Dengan memperbaiki defek pada TOF diharapkan dapat
meningkatkan kesehatan dan kualitas hidup pasien. Dokter Cardiologist Pediatrik
dan Dokter Bedah Jantung Pediatrik akan melakukan konfrensi sebelumnya untuk
menentukan waktu yang tepat untuk dilakukan operasi. Keputusan operasi
berdasarkan kesehatan anak saat itu dan berat badan anak, besarnya tingkat
keparahan defek dan bergantung pada simpton yang terdapat pada anak. Pembedahan
TOF terbagi menjadi :
a. Prosedur
Paliatif (Shunt)
Pada bayi dengan gejala
spell berulang harus dilakukan operasi paliatif terlebih dahulu yang bertujuan
untuk meningkatkan kadar oksigen dalam darah, memperbesar diameter LPA dan RPA,
melatih pompa dari ventrikel kiri. Hal ini bertujuan untuk memberikan waktu
pada bayi untuk tumbuh dan lebih kuat menghadapi operasi yang lebih besar
(Total Koreksi). Shunt juga ditujukan untuk meningkatkan aliran darah ke arteri
pulmonal sehingga serangan spell dapat berkurang serta ukuran diameter arteri
pulmonal mencapai ukuran optimal sehingga dapat dialirkan darah saat Total
Koreksi dikerjakan.
Beberapa indikasi yang
sering digunakan untuk pemilihan prosedur Shunt terlebih dahulu dibandingkan
dengan Total Koreksi antara lain :
·
Neonatus dengan TOF dan Atresia Pulmonal
dengan hipoksia berat
·
Bayi dengan hipoplasti annulus pulmonal
dan arteri pulmoner hipoplastik dimana membutuhkan jalur transannular untuk
dilakukan Total Koreksi.
·
Anak dengan hipoplasti cabang-cabang
arteri pulmonal
·
Bayi dengan BB< 2,5 kg
Prosedur Shunt yang
sering dilakukan, antara lain :
·
Classic Blalock-Taussig shunt
(BT-Shunt), yaitu merupakan prosedur shunt yang dianastomosis sisi sama sisi
dari arteri subklavia ke arteri pulmonal. Prosedur ini biasanya dilakukan pada
bayi diatas 3 bulan karena Shunt dapat menjadi tersumbat pada bayi usia < 3
bulan akibat ukuran arteri yang lebih kecil.
·
Modified Blalock-Taussig Shunt, pada
prosedur ini menggunakan Gore-Tex yaitu suatu alat shunt buatan, dipasang
diantara arteri subklavia dan arteri pulmonal. Prosedur ini paling sering
digunakan pada bayi usia < 3 bulan. Insiden mortalitas surgical pada
prosedur ini < 1 %
·
Waterson Shunt, yaitu membuat
anantomosis dari aorta asending ke arteri pulmonal kanan, hal ini biasanya dilakukan
pada bayi. Pada tipe ini ahli bedah harus hati-hati untuk menentukan ukuran
anastomosis yang dibuat antara bagian aorta asending dengan bagian anterior
arteri pulmonal kanan. Jika anastomosis terlalu kecil maka akan mengakibatkan
hipoksia berat.
·
Potts Shunt, yaitu anastomosis antara
aorta desenden dengan arteri pulmonal yang kiri teknik ini jarang digunakan,
karena memiliki tingkat kesulitan dan komplikasi seperti pada bedah
Waterson Shunt.
a. Prosedur
Total Koreksi
Indikasi dan saat yang tepat dapat
dilakukan Total Koreksi pada TOF, antara lain:
·
Ukuran arteri pulmonalis kanan dan kiri
cukup besar dan memenuhi kriteria yang diajukan oleh Kirklin yang disesuaikan
dengan berat badan.
·
Ukuran dan fungsi ventrikel kiri harus
baik agar mampu menampung aliran darah dan memompanya setelah terkoreksi.
·
SpO2 < 75%, sering terjadinya
serangan tetralogi spell secara umum merupakan suatu pertimbangan untuk
indikasi dilakukan operasi.
·
Bayi dengan gejala simptomatik dengan
stenosis pulmonal dapat dioperasi setelah 3-4 bulan. Namun bisa juga operasi dilakukan
setelah 1 atau 2 tahun pada kasus asimptomatik, asianotik, minimal sianotik
atau Pink Fallot.
·
Bayi dengan riwayat prosedur Shunt
sebelumnya dapat dilakukan Total Koreksi 6 bulan setelah prosedur Shunt.
Total Koreksi
terdiri atas penutupan VSD, valvotomi pulmonal dan reseksi infundibulum yang
mengalami hipertropi (Myung, K Park, 2008). Penutupan lubang pada VSD biasanya
menggunakan suatu alat yang dinamakan pericardial patch. Pericardial patch ini
menghentikan darah yang kaya oksigen dan miskin oksigen bercampur antara
ventrikel kanan dan kiri. Ketika ventrikel kanan tidak lagi bekerja dengan kuat
untuk memompakan darah ke paru, maka ukuran ventrikel kanan akan kembali ke
ukuran normal dengan sendirinya. Keuntungan operasi secara dini diantaranya dapat
mengurangi tingkat keparahan hipertropi otot jantung dan fibrosis ventrikel
kanan, serta pertumbuhan yang baik pada arteri pulmonal dan unit alveolar.
PROGNOSIS
Umumnya prognosisnya buruk pada penderita TOF
tanpa operasi. Tidak diobati TOF cepat menghasilkan prognosif hipertrofi ventrikel kanan karena meningkatkan perlawanan pada ventrikel
kanan . Ini berkembang menjadi gagal jantung
(kardiomiopati dilatasi ) yang dimulai jantung kanan dan ke kiri .
Akturia untuk bertahan hidup untuk tidak diobati TOF adalah sekitar 75 %
setelah tahun pertama kehidupan , 60 % oleh 4 tahun , 30 % oleh 10 tahun dan 5 % oleh 40 tahun.
Bila dioperasi usia anak – anak
prognosis cukup baik, prognosis jangka panjang kurang baik bila di operasi pada
usia dewasa yang sudah terjadi ganggun fungsi ventrikel kiri dan pasca bedah
dengan residual PI berat sehingga terjadi gagal ventrikel kanan.
J.
Konsep Tumbuh Kembang Anak Usia 9 Tahun
1. Fisik
a.
Penambahan berat badan umumnya 2,5 kg / tahun.
b. Rata-rata berat badan 26 kg.
c. Penambahan tinggi badan umumnya 5 cm / tahun.
d. Rata-rata tinggi badan 131 cm.
2. Motorik kasar
a. Bersepeda.
b. Bermain sepatu roda dan papan seluncur.
c. Berlari dan melompat.
d. Berenang.
3. Motorik halus
a. Menulis tanpa merangkai huruf.
b. Mengusai ketrampilan lebih besar ( bermain
video games).
c. Kemampuan bermain komputer.
4. Bahasa
a. Memahami sekitar 13.000 kata.
b. Menginterperestasikan kalimat-kalimat sederhana menjadi kalimat yang
lebih sulit didalam satu alinea.
c. Menulis beberapa kata yang sederhana sampai dengan membentuk kata
yang lebih komplek dan dituangkan ke dalam cerita yang lebih komplek.
5. Sosialisasi
a.
Bergaul dengan teman sebaya, membentuk kelompok dan membuat kesepakatan
diantara mereka.
b.
Menjalin persahabatan, rasa percaya diri, merasa diri berarti dan rasa memiliki.
c.
Membandingkan dirinya dengan teman-teman yang lain.
6.
Kognitif
a.
Berpikir kearah yang lebih kongkrit.
b.
Adanya kecenderungan memuji diri sendiri.
c. Suka
membanding-bandingkan dirinya dengan yang lain.
d. Gemar
membentuk kelompok sebaya, ingin tahu dan ingin belajar.
7.
Hubungan keluarga
a. Menyadari
hubungan keluarga dan fungsi peran jenis kelamin.
b.
anak laki-laki cenderung mengidentifikasi lebih banyak dengan ayah / figur
pria.
K. PROSES KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
KEPERAWATAN
a. Identitas
pasien
Nama, umur,
jenis kelamin, berat dan panjang badan lahir serta berat dan panjang badan
sekarang, nomer rekam medis.
b. Riwayat
kehamilan
Ditanyakan sesuai dengan yanga terdapat pada
etiologi (faktor endogen dan eksogen yang mempengaruhi).
c. Riwayat
kesehatan
·
keluhan utama masuk RS
·
Riwayat penyakit sekarang
·
Riwayat penyakit dahulu :
ü apakah
anak sering batuk pilek, infeksi saluran nafas, kesulitan menyusui (sering
berhenti saat menghisap susu botol/ASI), cepat lelah berkeringat banyak, berat
badan tidak sesuai dengan usia anak, pertumbuhan dan perkembangan terlambat.
ü Adakah
tanda-tanda biru disekitar mukosa mulut,
jari-jari tangan biru, bertambah saat anak menangis dan beraktifitas seperti
mandi pagi, pernah kejang atau lemas/pingsan, apakah anak jongkok atau pada
bayi posisi lutut kedada
ü Adakah
tanda-tanda pembengkakan pada tungkai ekstremitas
d. Kebiasaan
sehari-hari
·
makan: jenis, frekuensi, makanan yang
disukai atau tidak disukai
·
minum: ASI atau susu formula, frekuensi,
jumlah
·
eliminasi: frekuensi, pola, konsistensi,
feses, warna urine
·
istirahat: pola tidur, kesulitan tidur,
cara mengatasi kesulitan tidur, lamanya tidur
e. Sosial
ekonomi keluarga, pendukung dana/biaya kesehatan.
f. Riwayat
psikososial/perkembangan
·
Kemungkinan mengalami masalah
perkembangan
·
Mekanisme koping anak / Keluarga dan pengalaman
hospitalisasi sebelumya
g. Pengetahuan
tentang anak dan keluarga
·
Pemahaman tentang diagnosis
·
Pengetahuan / Penerimaan terhadap
prognosis
·
Regimen pengobatan
·
Rencana perawatan ke depan
·
Kesiapan dan kemauan untuk belajar
·
Perawatan di rumah
2. PEMERIKSAAN
FISIK
a. Pada
awal. Bayi baru lahir biasanya belum di temukan sianotik, bayi tampak biru
setelah tumbuh lebih besar.
b. Clubbing
finger tampak setelah umur 6 bulan.
c. Serangan
sianotik mendadak tetralogi spell ditandai dengan dispnoe, nafas cepat dan
dalam, lemas, kejang, sinkop bahkan sampai koma dan kematian.
d. Anak
akan sering squatting (jongkok) setelah anak dapat berjalan, setelah berjalan
beberapa lama anak akan berjongkok dalam beberapa waktu sebelum ia berjalan
kembali.
e. Pada
auskultasi terdengar bising sistolik yang keras didaerah pulmonal yang semakin
melemah dengan bertambahnya derajat obstruksi.
f. Bunyi
jantung I normal, sedang bunyi jantung II tunggal dan keras.
g. Bentuk
dada bayi masih normal, namun pada anak yang lebih besar tampak menonjol akibat
pelebaran ventrikel kanan.
3. PEMERIKSAAM
PENUNJANG
a. Laboratorium
b. Foto
thorax
c. Echocardiografi
d. Elektrokardiografi
e. Kateterasi
4. DIAGNOSA
KEPERAWATAN
Pada pasien dengan TOF, diagnosa
keperawatan yang mungkin muncul antara lain :
a. Gangguan
pertukaran gas berhubungan dengan penurunan aliran darah ke pulmonal.
b. Gangguan
perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan kadar oksigen dalam darah.
c. Gangguan
pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan fatique selama
makan dan peningkatan kalori, penurunan nafsu makan.
d. Gangguan
pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan tidak adekuatnya suplai oksigen
dan zat nutrisi ke jaringan.
e. Intoleransi
aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen.
f. Kecemasan
keluarga berhubungan dengan kurang pengetahuan keluarga tentang diagnosa atau
prognosis penyakit anak.
g. Resiko
tinggi gangguan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan peningkatan
tekanan intrakranial sekunder abses otak.
h. Resiko
terjadinya spell berulang berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai
oksigen dan kebutuhan tubuh
5. RENCANA
KEPERAWATAN
a. Resiko
terjadinya spell berulang berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai
oksigen dan kebutuhan tubuh
Tujuan : Serangan
Spell berulang tidak terjadi
Kriteri hasil :
·
Tidak ditemukan tanda – tanda spell
seperti : sianotik yang bertambah, pernapasan cepat dan dalam, kesadaran
menurun dan kejang.
·
Tanda – tanda vital dalam batas normal
sesuai umur
·
Akral hangat dan Kesadaran compos mentis
Intervensi :
·
Kenali tanda – tanda spell seperti :
menangis berkepanjangan, bertambah sianosis, pernafasan cepat dan dalam,
gelisah, lemas, kesadaran menurun dan kejang disertai kejang.
·
Monitor tanda -tanda vital
·
Ciptakan lingkungan yang tenang, hindari
lingkungan penuh stress.
·
Batasi aktivitas dan pengujung.
·
Atur posisi squatting atau knee chest
jika terjadi tanda – tanda spell mulai terjadi
·
Berikan makanan yang lunak dan mudah
dicerna.
·
Kolaborasi pemberian O2 / Obat batuk /
penurun panas / pelunak feces / penenang serta propanolol jika diperlukan.
b. Gangguan
pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan fatique selama
makan dan peningkatan kebutuhan kalori,penurunan nafsu makan.
Tujuan
: Anak dapat makan secara adekuat dan cairan dapat dipertahankan sesuai dengan
berat badan normal dan pertumbuhan normal.
Kriteria
hasil :
· Anak
menunjukan kenaikan berat badan sesuai dengan umur.
· Anak
dapat menghabiskan porsi makan yang disediakan.
· Peningkatan
toleransi makan.
· Hasil
lab tidak menunjukan tanda malnutrisi, albumin dan Hb.
· Mual
dan muntah tidak ada.
· Anemia
tidak ada.
Intervensi :
· Kaji
makan dan minum yang disukai atau yang tidak disukai.
· Jelaskan
dan diskusikan pada keluarga pentingnya nutrisi.
· Berikan
makan sedikit tapi sering untuk mengurangi kelemahan disesuaikan denmgan
aktivitas selama makan (menggunakan terapi bermain).
· Ciptakan
lingkungan yang menyenangkan dan bersama dengan pasien lain
· Timbang
berat badan anak setiap pagi tanpa diapers pada alat ukur yang sama dan di
dokumentasikan.
· Berikan
perawatan mulut untuk meningkatkan nafsu makan anak.
· Gunakan
dot yang lembut bagi bayi dan berikan waktu istirahat di sela makan dan
sendawakan.
· Berikan
susu formula yang mengandung kalori tinggi yang disesuaikan dengan kebutuhan.
· Catat
intake dan output secara akurat.
· Kolaborasi
dengan tim gizi dalam pemberian makanan
· Bila
ditemukan tanda anemia kolaborasi pemeriksaan laboratorium
c. Intoleransi
aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan
oksigen.
Tujuan : Anak
menunjukan peningkatan kemampuan dalam melakukan aktivitas ( tekanan darah,
irama dalam batas normal ).
Kriteria hasil :
· Tanda-
tanda vital normal sesuai umur
· Anak
mencapai peningkatan teloransi aktivitas sesuai umur
· Fatiq
dengan kelelahan berkurang
· Anak
mau berpartisipasi dalam setiap kegiatan yang dijadwalkan
· Anak
dapat tidur dengan lelap
Intervensi :
· Kaji
tingkat / kemampuan aktivitas pasien
· Catat
irama jantung, tekanan darah dan nadi sebelum,selama dan sesudah melakukan
aktivitas.
· Jelaskan
dan diskusikan tentang pentingnya pembatasan aktivitas. (terlalu lama /
permainan yang banyak membutuhkan tenaga / energi, dll)
· Beri
kesempatan pada pasein untuk memilih kegiatan / permainan yang tidak banyak membutuhkan
energi seperti membaca buku cerita, bergambar, menyusun balok, dll ( fasilitas
perkembangan motorik, sensori, kognitif, sosial, kemandirian anak, dll. ).
· Bantu
anak dalam memenuhi kebutuhan ADL dan dukung ke arah. Kemandirian anak sesuai
dengan indikasi.
· Jadwalkan
sesuai dengan usia, kondisi, dan kemampuan anak.
· Tunjukan
pada pasien tentang tanda-tanda fisik bahwa aktivitas melebihi batas.
d. Gangguan
pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan oksigenasi tidak adekuat,
pemenuhan nutrisi jaringan tubuh.
Tujuan :
Pertumbuhan dan perkembangan dapat mengikuti kurva tumbuh kembang sesuai dengan
usia.
Kriteri hasil :
Pasien dapat mengikuti tahap pertumbuhan dan perkembangan yang sesuai dengan
usia.
Intervensi :
·
Sediakan kebutuhan nutrisi yang ada kuat.
·
Monitor BB / TB , buat catatan khusus
sebagai monitor.
Kolaborasi intake Fe dalam nutris
Tidak ada komentar:
Posting Komentar