DEFINISI
Tamponade
jantung adalah sindroma klinik dimana terjadi penekanan yang cepat atau lambat
terhadap jantung akibat akumulasi cairan, nanah, darah, bekuan darah, atau gas
di perikardium, sebagai akibat adanya efusi, trauma, atau ruptur jantung
(Spodick, 2003).
Tamponade
jantung adalah kondisi hemodinamik yang mengancam kehidupan yang disebabkan
oleh adanya effusi pericardial yang menyebabkan penekanan pada jantung dan
membatasi pengisian ruang jantung. (Cardiac Nursing, sixth edition 2010). Kondisi ini dapat menurunkan cardiac output dan
menyebabkan gagal jantung.
EPIDEMIOLOGI
Di
Amerika Serikat, insiden tamponade jantung adalah 2 kasus per 10.000 populasi
di Amerika Serikat. Dilaporkan bahwa sekitar 2% dari luka tembus menyebabkan
tamponade jantung (Yarlagadda, 2011).
Sedangkan di Pusat Jantung Nasional
Harapan Kita, sensus dari bagian Medical Record pada tahun 2012 terdapat 26
kasus tamponade jantung dengan mortalitas 2 pasien (7,7%). Data laporan ICU
paska bedah dewasa periode bulan Januari
– bulan Mei tahun 2013 jumlah pasien bedah 528 pasien, terdapat 11 pasien kasus tamponade (2,1 %) dengan mortalitas 1
orang (0,19 %)
Tamponade
jantung yang disebabkan oleh trauma atau HIV lebih sering terjadi pada dewasa
muda, sedangkan tamponade yang disebabkan keganasan dan atau gagal ginjal lebih
sering terjadi pada individu yang lebih tua (Yarlagadda, 2011).
ETIOLOGI DAN KLASIFIKASI
Untuk semua pasien, penyakit
keganasan merupakan penyebab tersering tamponade jantung. Dari berbagai
etiologi jantung, Merce et al melaporkan 30-60% kasus penyakit keganasan,
10-15% kasus uremia, 5-15% pada idiopathic pericarditis, 5-10% pada
penyakit infeksi, 5-10% pada antikoagulan, 2-6% pada penyakit jaringan ikat,
dan 1-2% pada Dressler atau post pericardiotomy symdrome. Tamponade jantung
dapat terjadi pada berbagai tipe pericarditis (Yarlagadda,2011).
Sedangkan menurut Spodick 2003, berdasarkan etiologinya, tamponade jantung dibagi menjadi tiga, yaitu:
1. Acute
tamponade
Biasanya disebabkan oleh ruptur
traumatik dari ventrikel akibat trauma tumpul atau prosedur lainnya; juga
disebabkan oleh aortic dissection atau infark miokard dengan ruptur ventrikel.
Acute tamponade mempunyai onset yang
tiba-tiba, dan dapat menyebabkan nyeri dada, takipnea, dan dispnea, serta
membahayakan jiwa bila tidak diatasi dengan tepat. Tekanan vena jugularis juga
meningkat, dan mungkin berhubungan dengan distensi vena di dahi dan kulit
kepala. Suara jantung juga seringkali tidak terdengar (Hoit, 2009).
2. Subacute
tamponade
Subacute tamponade dapat
asimptomatis pada awalnya, tetapi bila tamponade jantung melewati batas kritis,
maka akan menimbulkan gejala dispnea, rasa tidak nyaman atau penuh di dada,
edema perifer, rasa lelah, atau gejala lainnya yang disebabkan peningkatan
tekanan pengisian dan cardiac output yang terbatas (Hoit, 2009).
3. External
to pericardial sac
Efusi pleura menyebabkan penekanan
jantung dengan klinis seperti tamponade
Tamponade jantung dapat terjadi karena aortic aneurysm
dissection, kanker paru end-stage, miokard infark akut, pembedahan jantung,
perikarditis yang disebabkan infeksi bakteri atau virus, dan wound to the
heart. Sebab lain yang potensial menyebabkan tamponade jantung meliputi tumor
jantung, hipotiroidisme, gagal ginjal, terapi radiasi di dada, prosedur invasif
pada jantung, open heart surgery, dan systemic lupus erythematosus (Taufan,
2009).
Tamponade
jantung merupakan komplikasi dari berbagai penyakit baik medical maupun
surgical. Menurut Ikaheimo dan kawan-kawan (dkk) dikatakan bahwa 30% pasien
yang mengalami perdarahan hebat pada
awal operasi jantung dan 1% terjadi tamponade yang memerlukan tindakan operasi.
Weitman dkk mengatakan pada pemeriksaan echocardiografi, ditemukan 103 dari 122
pasien mengalami effusi perikard pada masa pemulihan post operasi.
Apabila
disimpulkan maka penumpukan cairan dalam pericardium,mungkin dapat disebabkan
dari beberapa sumber :
1. Proses
infeksi,viral, bakterial atau infeksi jamur dapat menyebabkan efusi pericardial
dan tamponade.
2. Penyakit
neoplastik. Metastase kanker payudara dan paru-paru seringkali menyebabkan
tamponade. Neoplasma
menyebabkan terjadinya pertumbuhan sel secara abnormal pada otot jantung.
Sehingga terjadi hiperplasia sel yang tidak terkontrol, yang menyebabkan
pembentukan massa (tumor). Hal ini yang dapat mengakibatnya ruang pada kantong
jantung (perikardium) terdesak sehingga terjadi pergesekan antara kantong
jantung (perikardium) dengan lapisan paling luar jantung (epikardium).
Pergesekan
ini dapat menyebabkan terjadinya peradangan pada perikarditis sehingga terjadi
penumpukan cairan pada pericardium yang dapat menyebakan tamponade jantung.
Uremia juga dapat menyebabkan tamponade jantung (Price, 2005 : 954). Dimana
orang yang mengalami uremia, di dalam darahnya terdapat toksik metabolik yang
dapat menyebabkan inflamasi (dalam hal ini inflamasi terjadi pada perikardium).
3.
Pada
pasien yang mendapatkan therapi anti koagulan, masa koagulasi yang memanjang
menyebabkan apabila ada luka, contohnya karena pembedahan maka bisa terjadi perdarahan intra
perikardium
4.
Hemoperikardium
; akumulasi darah dalam rongga pericardium yang bisa disebabkan ruptur jantung,
diseksi aneurisma aorta, cardiac perforasi.
5.
Perikarditis
; adalah peradangan pada pericardium yang bisa disebabkan oleh karena trauma
baik secara langsung maupun tidak langsung, post operasi, post infark miokard,
uremia ataupun neoplasma.
6.
Trauma
tembus jantung ; merupakan penyebab yang mungkin menyebabkan tamponade jantung,
apabila perdarahan terakumulasi dalam pericardium maka bisa terjadi tamponade
secara cepat tergantung luasnya trauma. Dalam jangka panjang perubahan
pathologis yang lanjut berupa terbentuknya jaringan parut dan perlengketan
disertai kalsifikasi dari lapisan perikardium viseral maupun parietal yang
menimbulkan perikarditis konstriktif yang apabila cukup berat akan menghambat
pengembangan volume jantung pada fase diastolik.
7.
Aortic
aneurysm dissection tipe A ( American Heart Association Journal, Volume 126, 2012
).
8.
Intervensi
di cath laboratorium : PCI, Ablasi
9.
Pada
Post operasi jantung
·
Jika
terjadi oklusi atau adanya cloth pada drain untuk mengeluarkan sisa darah post
operasi.
·
Setelah
pencabutan pacing wire epikardium, terjadi luka rupture pada epikardium.
·
Masa
perdarahan atau koagulasi yang memanjang, apabila ada perlukaan post operasi
bisa terjadi perdarahan.
Pada
pemakaian mesin jantung paru atau CPB lama bisa menyebabkan kerusakan mekanisme
koagulasi, pada kondisi ini umumnya terjadi kolaps hemodinamik yang disebabkan oleh darah tidak
keluar dan menumpuk dalam rongga perikardium ditunjang dengan ketidakpatenan
selang drainase. Kadang terjadi perdarahan yang masif dari mediastinum ataupun
intra pericardium yang kemudian berhenti secara tiba-tiba. Yang disebabkan oleh
cloth atau suction system yang tidak adekuat.
Patofisiologi
Anatomi Pericardium
Jantung
dilapisi oleh selaput jantung yang dinamakan pericardium.Ada dua lapisan
pericardium yaitu;
1.
Pericardium
Fibrosa, merupakan lapisan luar yang melekat pada tulang dada, diafrgama dan pleura.
2.
Pericardium
serosa, lapisan dalam pericardium yang terdiri dari :
-
Lapisan
parietalis, lapisan yang melekat pada percardium fibrosa
-
Lapisan
viseralis, lapisan yang melekat pada jantung yang disebut epicardium.
Diantara
lapisan parietalis dan lapisan viseralis terdapat rongga yaitu rongga
pericardium yang dalam keadaan normal berisi cairan 20-30 cc cairan
pericardium, berfungsi sebagai pelumas untuk menjaga dan mencegah terjadinya
gesekan yang timbul akibat gerak jantung saat memompa.
Patofisiologi
Akumulasi
cairan/darah dalam rongga pericardium menyebabkan tekanan di intraperikardium
tinggi mendekati tekanan atrium dan tekanan diastolik ventrikel. Sejalan dengan
peningkatan effusi pericard semua tekanan naik terus bersama-sama. Kemudian
pada tamponade, tekanan wedge kapiler pulmonal yang berhubungan dengan tekanan akhir
diastolik ventrikel kiri, dan tekanan vena sentral yang berhubungan dengan
tekanan akhir diastolik ventrikel kanan, menjadi sebanding. Peningkatan dan
persamaan tekanan diastolik sirkulasi sentral (jantung) adalah hasil kompensasi
menyeluruh pada jantung oleh cairan yang mengisi perikardium. Efek fisik
tamponade jantung menghasilkan dua konsekuensi hemodinamik yang tidak
diharapkan:
Pertama, kedua ventrikel tidak dapat
mengembang atau terisi secara normal pada saat diastole. Bagaimanapun, dinding ventrikel kanan lebih tipis untuk pengisian
ruang pada tekanan luar dan kadang kolaps pada saat diastole sehingga lebih
sedikit darah yang dialirkan ke ventrikel kiri. Pada tamponade berat, volume
end diastolik ventikel turun drastis sampai 25-30 ml, yang secara signifikan
jauh lebih sedikit dari volume end diastolik normal 100-180 ml atau volume
sekuncup 60-120 ml. Sebagai akibat fatal dari berkurangnya kedua pengisian end
diastolik ventrikel, volume sekuncup dan curah jantung menjadi turun drastis
pada tingkat yang tidak memungkinkan menyokong kebutuhan hidup. Dimanifestasikan
dengan hipotensi, takikardi, suplai oksigen ke selular berkurang yang ditandai
dengan dyspneu, sinkope, penurunan kesadaran.
Kedua, aliran balik berkurang. Peningkatan tekanan
perikardial menghambat aliran balik vena, pada tamponade berat menyebabkan
tidak ada aliran balik vena karena tekanan perikardial ada pada tingkat tekanan
tertinggi saat diastol, sehingga jantung tidak dapat memompa secara adekuat
saat sistolik.
Tiga
mekanisme sistem syaraf simpatis beraktifasi secara cepat untuk mengkompensasi
perubahan ini
v Fraksi ejeksi,yang normalnya 55-70%
meningkat menjadi 70-80%. Jantung kemudian kosong secara menyeluruh dalam
setiap denyutnya, volume sekuncup menurun.
v Denyut jantung meningkat, dari sini
curah jantung berusaha mempertahankan volume sekuncup.
v Tahanan vaskuler sistemik meningkat
pada jaringan yang tidak vital seperti jaringan otot. Vasokontriksi membantu
mempertahankan tekanan rata-rata arteri
dan mengalirkan seluruh curah jantung ke organ vital.
Di
samping itu tamponade jantung juga menyebabkan aliran darah koroner menurun. Aliran
darah koroner terjadi saat diastolik, ketika
tekanan intraperikardial mendekati tekanan atrium dan tekanan akhir diastolik
ventrikel, maka tekanan aortik menurun, tetapi kebutuhan miokard yang meningkat
bisa menyebabkan gagal jantung, shock bahkan cardiac arrest.
Ketika
tamponade memburuk, mekanisme
kompensasai tidak dapat lebih lama mempertahankan tekanan darah, dan
hipoferfusi terjadi pada semua sistem organ. Tamponade jantung merupakan
kegawatan medik karena fungsi efektif jantung sebagai sirkulasi darah, sangat
berkurang. Diteksi secara lebih dini
adalah hal yang perlu dilakukan. Perbaikan kondisi sesegera mungkin harus
dilakukan karena kondisi yang mengancam kehidupan.
Reddy
et al menjelaskan 3 fase perubahan hemodinamik pada tamponade : (Yarlagadda, 2011)
Tahap
I: Akumulasi cairan perikardial menyebabkan peningkatan kekakuan ventrikel,
memerlukan tekanan pengisian yang lebih tinggi. Selama fase ini, tekanan
ventrikel kiri dan kanan mengisi lebih tinggi dari tekanan intrapericardial
Tahap
II: Dengan akumulasi cairan lebih lanjut, tekanan perikardial meningkat di atas
tekanan pengisian ventrikel, sehingga curah jantung berkurang.
Fase
III: Terjadi penurunan output jantung lanjut, karena equilibrium tekanan
perikardial dan pengisian ventrikel kiri (LV).
Jumlah
cairan perikardial yang dapat mengganggu left ventricle end diastolik pressure tergantung
pada tingkat akumulasi cairan dan tahanan perikardium. Akumulasi cepat 150 mL
cairan dapat mengakibatkan peningkatan tekanan perikardial dan dapat menghambat
cardiac output, sedangkan 1000 mL cairan dapat terakumulasi selama periode yang
lebih lama tanpa efek signifikan pada pengisian diastolik jantung. Hal ini
disebabkan peregangan adaptif perikardium dari waktu ke waktu. Perikardium
dapat menyesuaikan akumulasi cairan yang cukup selama periode yang lebih lama
tanpa mengganggu hemodinamik, pada effusi perikardial ini belum dikatagorikan
tamponade. (Yarlagadda,2011).
MANIFESTASI KLINIS
Diagnosis
tamponade jantung dapat ditegakkan dengan Beck’s triad, diperkenalkan tahun
1935, atau juga disebut acute compression triad, meliputi :
1.
Hipotensi
2.
Peningkatan
tekanan vena dengan distensi vena jugularis
3.
Bunyi
jantung sangat kecil ”jantung sunyi” dengan aktifitas jantung tidak teraba.
Gejala
lain yang mungkin muncul dan perlu diketahui meliputi:
a) Sistem pernapasan dan karakteristik
pernapasan. Pasien secara tipikal dyspnoe, orthopnoe yang progresif.akibat
adanya peningkatan usaha bernapas karena
adanya kongesti pembuluh darah pulmonal atau berkurangnya suplai oksigen
ke pulmonal karena penurunan curah jantung.
b) Kelelahan, nyeri restrosternal atau
perasaan menekan di dada.Nyeri dada akibat berkurangnya perfusi ke koroner
sebagai dampak dari penurunan curah jantung .
c) Disfagia
d) Batuk
e) Disforia : Ciri-ciri perilaku
seperti gelisah gerakan tubuh, ekspresi wajah yang tidak biasa, kegelisahan,
rasa kematian yang akan datang dilaporkan oleh Ikematsu pada sekitar 26% pasien
dengan tamponade jantung.
f) Kulit kelihatan pucat,hangat hanya
tangan dan kaki dingin akibat perfusi
ke perifer terganggu,semakin parah kegagalan sirkulasi terjadi lembab dan sianosis perifer.
g) Takikardi sebagai kompensasi
untuk mencukupi curah jantung.
h) Pulsus paradoksus yaitu nadi melemah
bahkan menghilang saat inspirasi, penurunan sistolik sampai dengan 10 mmhg (cardiac nursing 2010)
*
Pada saat inspirasi terjadi peningkatan venus return ke atrium kanan
dan ventrikel kanan. Secara bersamaan
tekanan intra pleura juga menyebabkan distensi ventrikel kiri untuk memompa tetapi
karena ventrikel terdesak oleh adanya cairan→stroke volume menurun→tekanan
darah turun dan pulse presure turun.
*
Pada saat inspirasi terjadi pula pengisian atrium dan ventrikel kanan, karena
distensi karena adanya cairan berlebih mendorong intraseptum ventrikel kanan ke
arah ventrikel kiri→mengganggu pengisian diastolik ventrikel kiri→stroke volume turun→tekanan darah turun dan pulse
turun
Pulsus
paradoksus bisa lebih mudah terlihat di gelombang arteri line, atau bila
menggunakan spighmomanometer, naikkan cuff 15 mmhg diatas pressure sistolik
pasien, kemudian turunkan cuff secara perlahan, maka bunyi korotkoff akan lebih
terdengar lebih keras saat ekspirasi, dan lebih rendah saat inspirasi. (cardiac
Nursing 2010)
Pulsus
paradoksus mungkin tidak ada pada pasien dengan peningkatan tekanan diastolik LV, defek septum
atrium, hipertensi paru, regurgitasi aorta, tamponade low pressure, atau
tamponade pada jantung kanan.( Chakri
Yarlagadda, 2011)
KUSSMAUL
sign,hal ini dijelaskan oleh Adolph Kussmaul sebagai peningkatan paradoks
distensi vena dan tekanan selama inspirasi. The Kussmaul sign ini biasanya
diamati pada pasien dengan perikarditis konstriktif, tetapi kadang-kadang
diamati pada pasien dengan perikarditis efusif-konstriktif dan tamponade
jantung.
Ewart
sign, juga dikenal sebagai Pins sign, ini diamati pada pasien dengan efusi
perikardial yang besar. Hal ini digambarkan sebagai daerah kusam, dengan suara
napas bronkial dan bronchophony bawah sudut skapula kiri.
i)
Penurunan
urin output <0.5 cc/KgBB/jam karena penurunan curah jantung
j)
Drainage
chest drain berhenti secara tiba-tiba yang sebelumnya terjadi perdarahan yang cukup banyak.
k) Nilai asam basa.Alkalosis
respiratorik karena tachypnea muncul secara
tipikal sampai kegagalan perfusi yang parah memproduksi laktat
asdosis. Pada waktu yang sama kombinasi
alkalosis respiratoik dan asidosis metabolik terbaca pada analisa gas darah.
l)
Koma
dan cardia arrest
PEMERIKSAANPENUNJANG (Rosfanty,2009;Yarlagadda,2011;Anonimus;2011)
Rontgen dada
Menunjukkan
gambaran “water bottle-shape
heart”, kalsifikasi perkardial. Kadang-kadang tampak double counter
pada gambaran jantung
Foto
Thorax AP : Jantung membesar berbentuk botol
Laboratorium
Pemeriksaan
laboratorium disesuaikan dengan etiologi terjadinya tamponade jantung, misalnya
pemeriksaan berikut :
- Peningkatan
ureum dan creatine karena adanya penurunan suplai ke ginjal karena penurunan
CO.
- Cek
enzim pada MI dan trauma jantung.
- Protrombin
time (PT) dan aPTT
(activated partial thromboplastin time) dan faktor koagulasi lainnya
menilai resiko perdarahan selama intervensi misalnya drainase pericardial,
ataupun riwayat perdarahan pada post operasi jantung.
- Cek
HB, HT, Leukosit, Trombosit, analisa gas darah dan elektrolit.
Elektrokardiografi (EKG)
-
PEA
dapat ditemukan pada tamponade jantung, tension pneumothorax,
hipovolemia, atau ruptur jantung.
-
Sinus
tachycardia
-
Kompleks
QRS Low-voltage, Amplitudo rendah pada semua sadapan terjadi karena cairan akan
meredam curah listrik jantung.
-
Elektrikal
altenans: kompleks QRS alternan, biasanya rasio 2:1, terjadi karena pergerakan
jantung pada ruang pericardium. Fenomena
elektrikal alternans (aksis listrik jantung berubah-ubah pada setiap denyutan).
Tampak di EKG perubahan amplitudo tiap kompleks QRS, terjadi karena jantung
berotasi secara bebas dalam kantung perikard yang berisi cairan. (Dharma, 2009
: 67).
Echocardiografi
Meskipun
echocardiografi menyediakan informasi yang berguna, tamponade jantung adalah
diagnosis klinis. Berikut ini dapat diamati dengan echocardiografi 2-dimensi :
- Zona
ruang bebas posterior dan anterior ventrikel kiri dan di belakang atrium
kiri : Setelah operasi jantung, suatu pengumpulan cairan lokal posterior
tanpa efusi anterior yang signifikan dapat terjadi dan dapat membahayakan
cardiac output.
- Kolapsnya
diastolic awal dari dinding bebas ventrikel kanan.
- Kompresi
end diastolic / kolapsnya atrium kanan
- Plethora
vena cava inferior dengan inspirasi minimal atau tidak kolaps
- Lebih
dari 40% peningkatan inspirasi relatif dari sisi kanan aliran
- Lebih dari 25% penurunan relatif pada aliran inspirasi di katup mitral
PENATALAKSANAAN
Tamponade jantung adalah kondisi darurat yang
membutuhkan hospitalisasi. Cairan di sekitar jantung harus dialirkan.
Pericardiocentesis adalah prosedur yang menggunakan jarum untuk memindahkan
cairan dari kantong perikardial. Prosedur untuk memotong dan memindahkan bagian
dari perikardium (surgical pericardiectomy atau pericardial window) juga bisa
dilakukan. Cairan diberikan untuk menjaga tekanan darah normal sampai
pericardiocentesis dapat dilakukan. Obat-obat yang meningkatkan tekanan darah
juga dapat membantu menjaga kelangsungan hidup pasien sampai cairan dapat
dialirkan. Pasien juga diberikan oksigenasi yang adekuat. Pemberian oksigen
mengurangi beban kerja jantung dengan mengurangi kebutuhan aliran darah di
jaringan. Sebab dari tamponade jantung harus diidentifikasi dan diatasi (Grimm
RA, 2008). Penatalaksanaan yang perlu dilakukan :
a.
Tangani
cardiopulmonari arrest, manajemen sirkulasi jalan napas
b.
Mengganti
cairan vaskuler jika diperlukan, digunakan cairan koloid, normal saline, RL, FFP,
Tranfusi darah atau albumin jika diperlukan
c.
Memberikan
therapi sesuai penyebab,misalnya Vitamin K atau protamin jika pasien on
antikoagulan, dialysis jika gagal ginjal, anti biotik, Inotropik, anti aritmia,
kortikosteroid
d.
Monitoring
hemodinamik (BP,HR,CVP,PCWP)
e.
Puasakan
pasien
f.
Pericardiosintesis
merupakan tindakan aspirasi effusi pericardium atau fungsi pericard. Hal ini
dilakukan untuk konfirmasi serta mencari etiologi sebagai penegakan diagnosis
dan tindakan invasif untuk pengobatan. Lokasi fungsi paling aman di sudut
antara prosesus sifoideus dengan arkus iga kiri.
g.
Pemasangan
drainase berupa pemasangan cateter pericard yang dilakukan di ruangan cath lab,
dengan bantuan flouroscopy jika kemungkinan di pasang untuk untuk beberapa
waktu, misalnya bila penyebabnya karena keganasan)
h.
Tindakan
pembedahan, jika penyebabnya perdarahan (Cardiac Nursing, 2010)
Perikardiosentesis
- Evakuasi
cepat darah dari perikard merupakan indikasi bila dengan syok hemoragik
tidak memberikan respon pada resusitasi cairan dan kemungkinan tamponade
jantung.
- Perikardiosentesis
merupakan tindakan aspirasi efusi perikard atau pungsi perikard.
- Monitoring
EKG untuk menunjukkan tertusuknya miokard (↑ voltase gelombang T atau
terjadi disritmia).
Lokasi
: seringnya di subxyphoid
Teknik:
- Pasien
disandarkan pada sandaran dengan sudut 45° sehingga
memungkinkan jantung ke posterior menjauhi dinding thorax.
- Lakukan
tindakan aseptic dan anestesi lokal dengan prokain 2% atau xilokain 2%.
- Jarum
nomer 18-16 dihubungkan dengan spuit
20-50 ml dihubungkan dengan pemantau EKG melalui
alligator atau hemostat.
- Arahkan
jarum ke postero sepalad, membentuk sudut 450 dengan permukaan
dinding dada.
- Tusukan
jarum 2-4 cm sampai terasa tahanan lapisan perikard
- Bila
jarum pungsi menembus perikard dan kontak dengan otot jantung, akan timbul
elevasi segmen ST (injury) dan ekstra sistol ventrikel dengan
amplitude tinggi. Bila hal ini terjadi, maka jarum
pungsi harus ditarik sedikit dan di arahkan ke tempat lain.
- Apabila
cairan perikard kental, dapat di pakai trokar yang lebih besar.
- Apabila
tidak diperoleh cairan yang mengalir, jarum
ditarik perlahan-lahan dan ditusuk kembali kearah lain atau lebih dalam
sedikit.
- Hindarkan
tusukan yang tiba-tiba, kasar atau pemindahan arah tusukan secara
kasar. Perubahan arah tusukan harus dilakukan secara perlahan tepi konstan
sambil diisap secara kontinyu.
- Kateter
vena sentral dapat dipasangkan melalui jarum tersebut dan dibiarkan
di tempat yang memungkinkan tindakan aspirasi periodic untuk
mencegah pengumpulan cairan kembali.
- Setelah selesai, cabut jarum dan pasang perban di atas tempat pungsi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar